Monday 26 September 2016

Awal Mula Islam di Pulau Bali - Sejarah islam di Bali

Islam masuk ke pulau Bali sejak zaman kejayaan Kerajaan Majapahit pada sekitar abad XIII dan XIV Masehi. Pada saat itu raja Gelgel pertama, Dalem Ketut Ngelesir (1380-1460 M) mengadakan kunjungan ke keraton Majapahit untuk bertemu dengan Raja Hayam Wuruk. Saat itu Raja Hayam Wuruk sedang mengadakan konferensi kerajaan seluruh Nusantara. Konferensi itu merupakan konferensi tahunan dengan kerajaan bawahan yang berada di berbagai daerah Indonesia.

Selain itu sebagai bentuk kepatuhan terhadap Kerajaan Majapahit yang berada di Mojokerto. Setelah acara tersebut selesai, Dalem Ketut Ngelesir pulang ke Bali. Kembalinya Dalem Ketut Ngelesir ke kerajaannya dengan diantar oleh 40 orang dari Majapahit sebagai pengiring, dua diantaranya adalah Raden Modin dan Kiai Abdul Jalil bersama 40 orang pengiring dari Majapahit. Para pengawal muslim itu hanya bertindak sebagai abdi dalam Kerajaan Gelgel. Setelah tiba di Gelgel mereka menempati satu pemukiman dan membangun masjid yang diberi nama Masjid Gelgel, yang kini nerupakan tempat ibadah umat Islam tertua di Bali. Peristiwa ini dijadikan sebagai patokan masuknya Islam di Bali yang berpusat di kerajaan Gelgel Bali.

Raden Modin dan Kiai Jalil ini menetap cukup lama tinggal di pusat Kerajaan Gelgel Klungkung. Namun dalam perkembangannya mereka meninggalkan Gelgel menuju ke arah timur dan berhenti di desa Banjar Lebah. Di Banjar Lebah ini Raden Modin menetap dan tidak melanjutkan perjalanan, sedang Kiai Jalil tetap meneruskan perjalanan sampai di desa Saren sampai meninggal di desa tersebut. Dia meninggalkan tulisan mushaf Al-Qur'an dan sebuah bedug yang sekarang kondisinya sudah mengalami kerusakan.

Terdapat beberapa komunitas asli Bali yang beragama Islam yaitu:

Komunitas islam di Banjar Lebah, Saren Jawa di desa Budakeling, Kabupaten Karangasem

Komunitas muslim terbesar pertama  berada di kecamatan Karangasem,  yang tersebar di wilayah perkotaan dan pegunungan.  Pertama,  Muslim di perkotaan terutaman ada di kelurahan Karangasem, yang tersebar di 13 dusun/kampung,  antara lain : Kampung Telaga Mas (memiliki kepala dusun muslim),  Dusun Ujung Desa,  Dusun Segara Katon, Karang Tohpati, Karang Langkung, Bangras, Grembeng (atas dan bawah),  Karang Ampel, Jeruk Manis (dikenal dengan Jerman), Karang Tebu, Karang Bedil, Tiing Tali, Dangin Sema (komunitas Muslim terbesar setelah Dusun Kecicang Islam).  Selain itu ada pula di Desa Tegal Linggah,  yang memiliki dua kampung muslim yakni: Karang Cengen dan Kampung Nyuling.  Berikutnya di Kelurahan Subagan, terdapat di dua kampung yakni:  kampung Karang Sokong dan Telaga Mas (bahkan kepala kampungnya muslim).  Kedua,  muslim di pegunungan terdapat di sebelah timur  yakni di Kelurahan/Desa Bukit tersebar di 6 dusun/kampung,  yakni: Bukit Tabuan,  kampung  Anyar, Karang Sasak, Tibulaka Sasak, Tiing Jangkrik,  dan Dangin Kebon.  Selain itu di Desa Tumbu juga ada,  tepatnya di Dusun Ujung Pesisi karena letaknya memang di ujung laut.

Komunitas Islam di desa Kepaon dan Kelurahan Serangan di wilayah Kota Denpasar

Ketika Raja Badung perang melawan kerajaan mengwi, raja Badung meminta bantuan masyarakat muslim Bugis-Makasar. Walhasil,  ketika peperangan dimenangkan Badung, kerajaan lantas secara resmi menghadiahkan wilayah Serangan –yang semula dikuasai Mengwi– untuk menjadi tempat bermukim permanen bagi masyarakat Bugis yang telah berjasa itu.  Sejarah yang hampir sama terjadi dalam konteks perkampungan Islam Suwung dan Tuban,  serta Angantiga yang semuanya diberikan secara permanen sebagai hadiah atas dukungan umat Islam kepada kerajaan Badung
Mengenai kampung muslim di daerah kepaon pun tidak jauh berbeda,eksistensi Kampung islam  Kepaon terkait erat dengan kerajaan Badung dan Puri Pamecutan.

Komunitas Islam di Kampung Pegayaman di Kabupaten Buleleng

Pegayaman mungkin berasal dari kata gayam yang di bali disebut gatep. pohon gatep adalah sejenis tanaman keras yang buahnya dapat dan enak dimakan, versi ke dua sangat dimungkinkan kalau pegayaman berasal dari kata gayaman yaitu nama senjata keris yang populer waktu kerajaan mataram di jawa dibawah kekuasaan raja paku bowono 1 karena leluhur masyarakat Desa Pegayaman yang pertama berasal dari mataram
. dusun atau banjar barat jalan atau dauh mardi yang berpenduduk 100% beragama islam dengan jumlah penduduk sebanyak -+ 300 kk
2. dusun atau banjar timur jalan atau dangin margi yang berpenduduk 100% beragama islam dengan jumlah penduduk -+ 250 kk (kedua dusun tersebut itulah yang dikenal dan disebut Desa Pegayaman yang rumah penduduknya rapat ala kota)
3. dusun atau banjar kubu madya yang berpenduduk 95% beragama islam dengan jumlah penduduk -+ 400 kk dan sisanya 5% beragama hindu
4. dusun atau banjaramerta sari yang berpenduduk 90% beragama hindu dengan jumlah penduduk -+ 165 kk dan sisanya 10% beragama islam.
(kedua dusun tersebut diatas dinamakan palemahan Desa Pegayaman yang rumah dan penduduknya terpencar dan tidak dalam satu komplek perkampungan).

Komunitas islam di Kampung Loloan di Kabupaten Jembrana


komunitas Islam di Desa Loloan ini bermula dari kedatangan orang-orang Bugis pada tahun 1653. "Pada waktu itu dalam sejarah Kerajaan Sultan Hasanuddin ada Benteng Somba Opu di Makassar direbut oleh VOC. Jadi laskarnya itu dikejar-kejar oleh Belanda akhirnya lari dan ketemulah muara Sungai Ijo Gading," ungkapnya.

Para laskar yang menganut agama Islam ini kemudian berhenti di sebuah muara kampung Bali di wilayah Perancak, bukti peninggalan ini bisa dilihat dari adanya Sumur Bajo pinggir pantai.

Setelah berhenti sebentar di kampung Bali, orang-orang Bugis ini kemudian mencari pemukiman melalui Sungai Ijo Gading.

Atas izin dari penguasa Jembrana, I Gusti Arya Pancoran, mereka diizinkan diizinkan menempati daerah Loloan.

Dapatkan artikel menarik lainnya di SINI
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 

BERITA INDONESIA Copyright © 2012 Template Designed by BTDesigner Published..Dapunta Templates· Create by Dapunta